JMDN logo

Menjaga Demokrasi Tetap Sejuk

📍 Politik dan Pemerintahan
17 Agustus 2025
11 views
Menjaga Demokrasi Tetap Sejuk

Bondowoso, 17/8 (ANTARA) - Pergantian kepemimpinan nasional yang aman dan damai semakin meneguhkan keyakinan, sekaligus rasa kagum dari negara lain bahwa bangsa kita mampu menjaga stabilitas, di tengah guncangan politik yang tidak selalu landai.


Negara Indonesia, dengan kekayaan budaya dan bentangan geografis yang sangat luas menjadi contoh bagi dunia, karena perbedaan yang dimiliki tidak menimbulkan perpecahan, melainkan justru semakin menguatkan persatuan.


Hal yang menjadi titik tumpu dari perpecahan itu biasanya muncul ketika satu negara berganti pemimpin atau kepala negara.


Indonesia, dalam beberapa kali pemilihan umum (Pemilu), dengan sistem demokrasi, telah membuktikan solidnya jiwa persatuan, meskipun suasana politik sebelumnya sempat diwarnai riak-riak akibat kuatnya dukungan kepada calon presiden dan calon wakil presiden masing-masing.


"Pertarungan" politik antara Joko Widodo atau Jokowi, presiden ke -6 dan ke-7 Republik Indonesia, yang dua kali berhadapan dalam pilpres dengan Prabowo Subianto, menunjukkan bangsa kita lolos dari ujian persatuan.


Secara emosi, pertarungan itu hampir pasti membekaskan "luka" akibat gesekan, baik di pihak Jokowi dengan Prabowo, maupun antarpendukung kedua tokoh itu.


Fakta mengejutkan terjadi, ketika pada periode kedua kepemimpinan Jokowi, Prabowo bersedia bergabung dalam kabinet Indonesia Maju.


Perdamaian kedua tokoh itu kemudian berlanjut, ketika pada Pilpres 2024, Jokowi diganti oleh Prabowo yang berlangsung tanpa gejolak. Hasil Pilpres 2024 itu menjadi catatan sejarah indah, bahkan membuat dunia kagum. Kagum mengapa tidak ada dendam politik dari kedua tokoh berpengaruh itu.


 


Presiden Prabowo Subianto, dalam pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR RI di Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2025) mengemukakan bahwa peralihan kepemimpinan nasional itu menjadi bukti bahwa demokrasi di Indonesia sudah matang, bahkan kuat.


Transisi kepemimpinan nasional yang damai itu, tentu tidak datang tiba-tiba, tanpa fondasi persatuan yang kuat. Transisi kepemimpinan nasional itu, sekaligus menunjukkan bahwa semangat persatuan bangsa ini memang sangat kokoh.


Melihat fakta itu, banyak pemimpin negara lain yang heran dan bertanya mengapa Indonesia mampu mewujudkan stabilitas politik yang tetap berdiri kokoh di atas fondasi kerukunan tersebut?


Semua rasa kagum itu bukan dihadapi hanya dengan bangga, melainkan harus menjadi penguat bagi seluruh elemen bangsa ini untuk menjaga warisan leluhur agar diteruskan dan dapat dinikmati anak cucu di masa depan.


Kondisi Indonesia sekarang menjadi penyemangat bagi seluruh elemen bangsa ini untuk menyongsong masa depan yang lebih baik, sehingga negara ini maju dan kuat.


Perbedaan pandangan politik dalam alam demokrasi, tentu sudah menjadi hal yang lumrah. Perbedaan sudut pandang dalam menyikapi suatu persoalan harus dirawat dengan jiwa saling memahami dan menyayangi sesama satu bangsa.


Jiwa rukun dan damai ini tentu akan lebih terlihat dampaknya, jika ditunjukkan oleh para pemimpin, sehingga menjadi contoh baik bagi seluruh rakyat.


Meskipun demikian, bukan berarti jiwa persatuan itu harus mematikan roh demokrasi, yakni sikap kritis untuk keberimbangan. Angin segar bahwa suasana demokrasi harus tetap hidup, justru disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto yang menegaskan bahwa pemerintah, saat ini membutuhkan koreksi dan kritik dari berbagai pihak.


Apa yang diungkapkan oleh Presiden Prabowo ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak antikritik terhadap program-program yang sedang dijalankan.


Meskipun kritik tersebut kadang terasa menyesakkan, tapi Prabowo sadar bahwa pemerintahan yang sehat memang memerlukan masukan dan koreksi dari para pihak yang berada di luar pemerintahan.


Kritik bukan dimaknai sebagai ketidaksukaan, melainkan merupakan bentuk dari sikap cinta kepada bangsa dan adanya niat baik untuk bekerja sama mewujudkan Indonesia sesuai yang dicita-citakan bersama.


Karena merupakan bentuk kecintaan kepada negara ini, maka partai politik yang berada dalam koalisi pemerintah juga tidak boleh tinggal diam jika melihat program pemerintah yang layak untuk dikoreksi.


Gejolak yang terjadi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, akibat gaya kepemimpinan yang dinilai tidak ramah pada kondisi kejiwaan rakyat, kemudian muncul bendera aneh "one peace" di tengah bangsa ini merayakan kemerdekaan, adalah fenomena yang harus disikapi dengan arif, bukan hanya oleh para pemimpin, tetapi juga oleh seluruh rakyat agar tidak terjebak dalam perilaku yang mengoyak pintalan benang persatuan.


Kita semua memiliki tanggung jawab yang sama untuk memelihara suasana politik dan bernegara ini tetap stabil, sehingga betul-betul menjadi modal kuat untuk langkah demokrasi kita di masa mendatang, termasuk menghadapi Pilpres 2029.


Stabilitas politik dan keamanan merupakan komponen penting untuk keberlanjutan pembangunan yang diikhtiarkan untuk kesejahteraan seluruh rakyat. Pengembangan satuan TNI, antara lain dengan penambahan sejumlah komando daerah militer (Kodam) dan pembentukan brigade serta batalyon teritorial pembangunan akan semakin menguatkan stabilitas di berbagai bidang, dengan manunggalnya tentara bersama rakyat.


Pengalaman pada beberapa kali pilpres sebelumnya yang sempat mengkhawatirkan retaknya warisan rasa kekeluargaan di dalam bangsa ini, harus menjadi pengingat bagi kita mengenai cita-cita besar di masa depan.


Demokrasi khas Indonesia yang sejuk dan berdiri di atas dasar kebersamaan ini, menjadi pijakan untuk kita optimistis menyongsong Generasi Emas 2045. (ANTARA/Masuki M. Astro)

📬 Berlangganan Newsletter

Dapatkan berita terbaru seputar desa langsung ke email Anda.

Berita Populer

Berita Populer